Simone Ferreira Ferreira itibaren Dar as Salam, Biyala, Kafr El Sheikh Governorate, Egypt
Dalam buku ini, bukan cuma manusia saja yg semakin modern, para peri juga ikut berevolusi. Kini tak hanya sayap peri yg sudah tidak ada, namun hak untuk tinggal di permukaan tanah pun sudah lenyap, tersudut hingga pusat bumi oleh ledakan populasi manusia dan kecanggihan teknologi manusia. Dan berkat bantuan salah satu Centaurus sebagai Doraemon mereka, kecanggihan teknologi ikut diperkenalkan pada para peri, kurcaci, goblin, dkk. Itulah yg menarik dalam kisah ini, haha. Aku praktis ngakak terus melihat peri berperan sebagai polisi bersenjatakan pistol sambil menaiki pesawat ulang-alik ke permukaan bumi, atau sebagai akuntan yg membahas saham melalui handphone, atau sebagai psikolog yg tampil di acara talk show. Tak hanya itu, centaur si manusia kuda yg terkenal dgn keangkuhannya itu sekarang harus menundukkan kepala di hadapan peri atasannya supaya gajinya tdk dipotong, hahaha. Walaupun ketergantungan mereka terhadap teknologi sudah jelas separah manusia, sihir dalam nadi para peri ini tak sepenuhnya menghilang. Hanya saja setiap kali sihir mereka habis (yg kebanyakan digunakan sebagai perisai/glamour untuk membuat mereka tak kasat mata di hadapan manusia atau sihir lain untuk membereskan kekacauan di dunia manusia yg ditimbulkan para troll), sihir mereka harus diisi ulang melalui ritual tertentu di permukaan bumi. Dan di tempat ritual itulah terjadinya pertemuan yg ditakdirkan oleh Eoin Colfer untuk opsir Holly Short dengan seorang penjahat jenius berusia 12 tahun, Artemis Fowl. Menawan peri bukanlah pekerjaan mudah jika melihat betapa suksesnya para peri menyembunyikan keberadaan mereka dari manusia dengan paduan sihir dan teknologi yg canggih. Namun sepertinya tak ada yg mustahil bagi Artemis Fowl yg jenius dan licik. Dengan mengandalkan pengetahuan peri yg diperolehnya dari buku panduan para peri milik Sprite yg terbuang dari kaumnya, ia berhasil menangkap Holly saat leprechaun wanita itu sedang mengisi baterai sihirnya di salah satu tempat ritual. Seperti penculik biasa lainnya, Artemis meminta tebusan emas pada para peri. Bukannya Artemis ini miskin, ia sangat kaya... Tapi ia butuh emas dalam jumlah yg sanggup menempatkan keluarga Fowl kembali ke posisi teratas di daftar urutan para milyader dunia. Tentu saja para peri tak sudi memenuhi permintaan Artemis. Maka dimulailah perang teknologi antara Artemis dan para peri, yg juga melibatkan troll dan sihir di dalamnya. Siapakah yg menang pada akhirnya? Lalu, tampaknya tdk cuma emas saja yg diinginkan Artemis dari para peri, apakah itu? Aku suka dgn gaya penulisannya pengarang yg satu ini. Gaya berceritanya enak, sarat dgn humor dan alur ceritanya juga cepat dan tak tertebak. Bertolak belakang dgn gaya penulisannya beberapa novelis yg juga mengangkat tema peri yg kebanyakan agak membosankan, bertele-tele, lambat alurnya dan kurang orisinal. Memang masih banyak buku bertema peri yg belum pernah kubaca dan yg akan kubaca suatu saat, tapi untuk saat ini, Artemis Fowl adalah buku bertema peri favoritku dari semua buku tentang peri yg pernah kubaca.